“Sesungguhnya keberuntungan itu
tidak diukur dari apa yang kita dapatkan, melainkan dari nilai manfaat yang ada
pada diri kita. Sehingga dapat berguna bagi orang banyak.”
Beruntung lah mereka. Itulah
selintas pikiran saya ketika melihat orang yang keluar dari rumah megah
bertingkat, berpakaian rapih wah dan masuk mobil mewah. Hidup mereka serba
cukup, semua keinginannya terpenuhi, anak-anaknya sekolah di luar negeri,
setiap liburannya jalan-jalan jauh dari tempat domisilinya. Namun benarkah
orang beruntung golongan mereka?
Bisa jadi iya, kalau orangnya sholeh
beriman dan bertaqwa. Namun bagi mereka yang saat ini dalam kekurangan dalam
materi belum tentu dikatakan tidak beruntung. Untung dan belum beruntung
merupakan dua sisi yang berlawanan. Satu sisi merupakan harapan dan sisi lain
merupakan ancaman. Wajar jika ketidakberuntungan membuat kegelisahan banyak
orang. Bagi seorang Muslim ketidakberuntungan tersebut merupakan ujian
kehidupan. Allah SWT berfirman,
“Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka mengucapkan “Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’un”. (Al-Baqaroh:
155-156).
Pandangan Al-Quran:
Naluriah memang, jika kita mengakui
kelebihan mereka merupakan keberuntungan. Sebagai umat Islam yang menjadikan
Al-Quran sebagai pedoman hidup perlu mengkaji secara mendalam ungkapan di atas.
Kebenaran akan keberuntungan dan keburukan di atas perlu kita kaji kembali.
Al-Quran yang bersifat universal dan
menyeluruh tidak melewatkan bahasan tersebut. Sebelas ayat pertama dalam Surat
Al-Mu’minun menyatakan, ada enam orang yang bisa dinyatakan sebagai orang
beruntung.
Orang beruntung menurut ayat
tersebut;
Pertama: orang yang khusyu’ dalam
sholatnya. Orang yang khusyu’ dapat menggugurkan dosa serta mencegah dari
perbuatan keji dan munkar. Namun bukanlah hal mudah untuk mendapatkan
kekhusyu’an dalam sholat. Arti khusyu’ secara umum adalah memahami makna setiap
lantunan doa dalam sholat, menghilangkan berbagai urusan dunia dan menghadirkan
jiwa seolah-olah sedang berkomunikasi dengan Allah SWT. Namun saya memahami khusyu’ itu bukan hanya
dari takbir hingga salam, tapi dari salam hingga takbir, di balik. Artinya
kalau sholat dapat mencegah perbuatan jahat keji dan munkar, maka bukti dari
khusyu’ itu adalah orang itu terjaga dari perbuatan keji dan munkar mulai
selesai dari salam sampai takbir ke waktu sholat berikutnya. Semoga bisa
dipahami.
Kedua: menjauhkan diri dari
perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Diam itu emas. Namun diam disini
adalah diam dari hal-hal yang tidak berguna, termasuk berbicara. Tetapi bila
diam dari perbuatan dan perkataan yang baik merupakan kematian bagi seseorang. Jadi orang beruntung itu adalah orang yang
senantiasa menjaga lisan dan anggota tubuhnya dari kejahatan dan kemungkaran.
Ketiga: Menunaikan Zakat. Zakat
adalah kewajiban bagi seorang muslim yang bernyawa. Ada zakat fitrah dan maal
(harta). Adanya kesadaran dan kemampuan dalam mengeluarkan zakat memberi nilai
manfaat yang sangat banyak. Selain membersihkan diri dan harta juga dapat
membantu mereka yang kekurangan.
Keempat: menjaga kemaluan. Menjaga
kemaluan adalah menjaga diri. Orang yang dapat menjaga kemaluannya dari
kemaksiatan adalah orang yang beruntung menurut Al-Quran. Maka sangat
dianjurkan untuk senantiasa menjaga diri dari dosa yang ditimbulkan dari
kemaluan.
Kelima: Menjaga amanah dan janji.
Mendapatkan kepercayaan dari orang itu sulit, namun menjaga amanah dan
kepercayaan itu jauh lebih sulit. Menyia-nyiakan amanah adalah khianat, dan
khianat adalah perbuatan dosa. Begitu juga janji, janji adalah hutang. Kalau
memberikan janji kepada seseorang, ya harus di tunaikan sampai kapanpun.
Keenam: menjaga sholat. Sholat
adalah kunci amal ibadah. Jika sholatnya baik maka baik pula segala amal
ibadahnya, dan jika sholatnya rusak maka rusak pulalah semua amalnya. Selain
itu nabi Muhammad mengatakan bahwa, sholat adalah tiang agama, bagi siapa yang
meninggalkan sholat berarti sengaja merubuhkan agama dalam dirinya.
Demikianlah kriteria manusia
beruntung dalam pandangan Al-Quran. Keberuntungan yang sesungguhnya. Jika kita
masuk kedalam kriteria di atas maka masuklah kita sebagai orang yang beruntung,
yang balasannya Allah janjikan syurga Firdaus. Dan kalau belum maka mari kita
berusaha untuk masuk kedalam kategori tersebut. Wallahu’alam.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
0 comments:
Post a Comment